Yogyakarta (MAN 1 Yogya) — Dalam rangkaian kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) 2025 bertema “Leadership x Emotional Intelligence”, MAN 1 Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pada Jumat (17/10/2025). Kegiatan ini merupakan salah satu sesi penting dalam LDK yang diikuti oleh calon pengurus OSIS, MPS, organisasi bidang, dan ekstrakurikuler madrasah.

FGD diisi oleh salah satu alumni MAN 1 Yogyakarta, Nur Shoduq Azzidni atau akrab disapa Mas Azid, yang saat ini aktif dalam berbagai kegiatan kepemimpinan dan pengembangan diri. Dalam penyampaian materinya, Mas Azid menekankan bahwa kepemimpinan tidak hanya berbicara soal visi dan strategi, tetapi juga tentang resonansi emosional yang mampu menggerakkan orang lain.

Ia menjelaskan konsep resonance leadership — kepemimpinan yang menginspirasi dan berpengaruh secara positif melalui empat dimensi utama: visioner, coaching, afiliatif, dan empathy. Menurutnya, pemimpin yang visioner mampu melihat jauh ke depan, pemimpin yang berperan sebagai coach menumbuhkan potensi anggota, pemimpin afiliatif menumbuhkan rasa kebersamaan, dan pemimpin empatik memahami serta mendengarkan orang lain dengan tulus.

Selain itu, Mas Azid juga membahas bagaimana menjadi self-directed learner sebagai fondasi seorang pemimpin. Proses ini meliputi empat tahap: discovering the ideal self (menemukan jati diri ideal), assessing the real self (menilai diri saat ini secara jujur), creating a learning agenda (menyusun rencana belajar dan berkembang), serta experimenting and practicing (berani mencoba dan melatih kemampuan). Ia menekankan bahwa motivasi tertinggi selalu berasal dari diri sendiri — bukan karena tekanan, melainkan kesadaran untuk terus tumbuh.

“Pemimpin sejati adalah mereka yang mau belajar dan menggerakkan diri sebelum menggerakkan orang lain,” ungkapnya menutup sesi materi.

Usai penyampaian materi, para peserta dibagi menjadi sembilan kelompok kecil untuk melaksanakan sesi diskusi terarah (Focus Group Discussion). Setiap kelompok diberikan satu studi kasus seputar problematika manajemen organisasi, seperti pengelolaan alumni, pembagian tugas, konflik dalam tim, dan efektivitas komunikasi internal. Melalui alur diskusi yang sistematis , mulai dari mengidentifikasi masalah, mengukur tingkat urgensinya, merumuskan solusi, menimbang pro and cons, hingga menentukan estimasi waktu penerapan ,  peserta dilatih untuk berpikir kritis, berpendapat secara terstruktur, dan bekerja sama sebagai satu tim.

Kegiatan ini menjadi wadah pembelajaran nyata bagi calon pengurus organisasi untuk berlatih menghadapi permasalahan kepemimpinan yang kelak akan mereka temui dalam perjalanan berorganisasi.

Sebagai penutup, perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di hadapan peserta lain. Presentasi berjalan hangat dan interaktif, dengan berbagai ide inovatif yang muncul dari para calon pemimpin muda madrasah.

Salah satu peserta, Hilya, mengungkapkan kesannya terhadap kegiatan ini. “Melalui FGD kemarin, pola pikir saya menjadi jauh lebih terbuka dalam menghadapi berbagai tantangan organisasi. Ini adalah pembelajaran berharga bahwa selalu ada solusi untuk setiap masalah. Diskusi kelompok yang asik dan seru membuat kami antusias dalam mencari dan memecahkan setiap persoalan yang ada,” ujarnya.

Dengan berlangsungnya kegiatan FGD ini, diharapkan para peserta LDK 2025 MAN 1 Yogyakarta mampu memahami esensi kepemimpinan yang tidak hanya kuat secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional. LDK menjadi langkah awal pembentukan karakter pemimpin yang adaptif, empatik, dan siap membawa perubahan positif bagi madrasah. (haf)