Yogyakarta (MAN 1 Yogya) – Tim Humas MAN 1 Yogyakarta menggelar Rapat Persiapan sekaligus Pelatihan Editor Jurnal Ulil Albab di ruang meeting madrasah pada Selasa (9/12/2025). Agenda ini menjadi bagian dari program inovasi Humas MAN 1 Yogyakarta dalam mengembangkan publikasi ilmiah di lingkungan madrasah. Pertemuan diikuti oleh Tim Humas, Pembina KIR LIBA, serta perwakilan murid yang antusias menyambut lahirnya wadah akademik baru tersebut.
Wakil Kepala Madrasah Urusan Humas, Wakhid Hasyim, S.Pd.I, MA, menegaskan pentingnya forum ini sebagai langkah strategis. “Pertemuan ini adalah rapat persiapan untuk Pelatihan Jurnal besok Kamis dan sekaligus pelatihan bagi editor Jurnal Ulil Albab. Harapannya, dengan memiliki jurnal sendiri, karya-karya para guru dan anak-anak KIR LIBA MAN 1 Yogyakarta bisa terdokumentasi dan terpublikasikan dengan baik,” ujarnya. Ia menambahkan, para alumni MAN 1 Yogyakarta yang kini berprofesi sebagai dosen dan memiliki sertifikat editor maupun reviewer jurnal akan dilibatkan untuk memperkuat kualitas publikasi.
Hadir selaku narasumber, Ahmad Syafii dan Muhammad Nurul Mubin, editor jurnal Sinta. Sebagai narasumber, Ahmad Syafii memaparkan target utama rapat, yakni memahami aturan dasar jurnal, mendiskusikan regulasi yang akan diterapkan, serta melatih peserta menjadi reviewer. Ia menjelaskan mekanisme round review yang menjadi standar dalam penerbitan jurnal ilmiah. “Dalam proses jurnal ada namanya proses Round. Satu artikel akan direview minimal oleh dua orang. Reviewer fokus pada konten, sementara editor menekankan aspek teknis seperti tata tulis, penggunaan bahasa, dan plagiarisasi. Editor memiliki kewenangan penuh menentukan apakah artikel layak terbit atau perlu direview kembali,” jelasnya. Selain itu, Syafii juga menguraikan pembagian tugas dalam tim jurnal, teknis pengeditan, hingga penggunaan template Jurnal Ulil Albab.

Di tempat terpisah, Kepala MAN 1 Yogyakarta, Edi Triyanto, S.Ag, S.Pd, M.Pd, memberikan arahan agar Jurnal Ulil Albab tidak hanya menjadi simbol prestasi, tetapi juga benar-benar berfungsi sebagai media pengembangan intelektual. “Jurnal ini harus menjadi wadah yang mendorong guru dan murid untuk terus menulis, meneliti, dan berpikir kritis. Dengan demikian, MAN 1 Yogyakarta dapat tampil sebagai madrasah yang unggul dalam literasi akademik sekaligus berkontribusi nyata bagi masyarakat,” tegasnya.
Program ini dinilai sebagai inovasi penting bagi Humas MAN 1 Yogyakarta. Kehadiran Jurnal Ulil Albab bukan hanya menjadi sarana dokumentasi karya ilmiah, tetapi juga wahana pengembangan budaya literasi akademik di madrasah. Dengan adanya jurnal internal, murid dan guru memiliki ruang untuk menyalurkan gagasan, menulis penelitian, serta berkontribusi dalam diskursus ilmiah yang lebih luas. Inovasi ini sekaligus menegaskan komitmen madrasah dalam menjawab tantangan era digital, di mana publikasi ilmiah menjadi salah satu tolok ukur kredibilitas lembaga pendidikan.
Dengan dukungan guru, murid, alumni, dan kepemimpinan madrasah, Jurnal Ulil Albab diharapkan menjadi inovasi strategis yang mengangkat citra MAN 1 Yogyakarta sekaligus memperkuat budaya literasi di kalangan akademisi muda. (dee)